Angin masih berhembus.
Daun masih runtuh.
Air masih mengalir.
Ombak masih menggulung.
Semuanya masih seperti dulu.
Lalu apa yang berbeda?
Kehidupan bukan?
Itulah yang dinamakan hidup.
Semua berubah.
Apakah semua?
Mungkin.
Bagaimana dengan kematian?
Apakah itu bisa dikatakan perubahan?
Bukan.
Itu bukanlah perubahan.
Lalu apa?
Takdir?
Bukan juga.
Kematian adalah isyarat.
Tentang bagaimana kehidupan kita kelak.
Bagaimana kita bisa berubah.
Apakah bulan juga tahu itu?
Senyumnya menggambarkan itu?
Tak ada yang mustahil.
Semua telah di atur.
Tunggu, aku masih ingin bertanya?
Waktu masih berjalan.
Kriinng... Kriing...
Suara bising itu tak mau berhenti. Tak ada
yang bisa menghentikannya. Hanya saja kesadaran yang mampu merusak suasana itu.
Entah apa yang aku lakukan semuanya tak berfungsi yang semestinya.
Aku masih teringat pembicaraan kami
semalam. Dia tak mau menjawabku pertanyaanku lagi. Mungkin Dia lelah dengan
bualanku yang kosong. Aku juga merasa demikian. Padahal pertanyaanku masih beberapa
halaman lagi. Semua kutulis rapi dalam notepad ku.
Tadi malam Kami bercerita tentang kenyataan.
Sebuah keharusan yang benar akan kejadian pasti diterima. Hidup penuh harapan
hanya akan sia - sia tanpa pengorbanan. Itulah pesan tersirat yang aku tangkap.
Tak semudah pengucapannya, pembuktiannya butuh nyali yang tak kecil.
Lalu aku teringat dengan kata "kematian".
Kematian yang dimaksud bukanlah seorang yang hidup kemudian tak bernyawa dan
bergerak lagi. Kematiam itu lebih mengarah kepada hati yang beku. Bukankah itu
lebih parah dari yang terbayang?
Pertanyaanku masih panjang.
Kenapa nyamuk suka menggigit manusia?
Karena itulah hidup.
Tak ada makanan selain itu kah?
Ada.
Tapi kenapa dia masih memilih darah
manusia?
Pantas.
Malam ini aku melihat burung yang terkurung
sendiri. Pastilah ia merasa kesepian. Bagaimana jika aku melepasnya? Tapi itu
bukan milikku.
Jika kau melepasnya, kau tak akan pernah
tahu seberapa jauh burung itu terbang. Engkau tak tahu bagaimana kehidupannya
kelak. Bahkan jika dia takkan pernah kembali. Akankah kau tak merasa menyesal?
Ketika hidup dihadapkan sebuah pilihan. Engkau
harus memilih yang lebih tepat dan yang terbaik. Dan jika kamu salah memilih,
apa yang akan kamu lakukan?
Meskipun tak ada sebuah jalan di depanmu, engkau
harus tahu arah yang akan kamu tuju. Bukan berarti kamu harus mundur dan kembali
kejalan semula. Namun semua itu pilihanmu.
Malam ini, aku masih tidak bisa menutup
mata. Aku masih menunggu jawaban. Dari semua ketidaktahuanku selama ini. Aku
hanya ingin menyampaikan secercah debu yang menutupi dedaunan. Kenapa daun itu
masih berguguran. Padahal musim semi telah tiba. Apakah ini tidak aneh?
Ah, apa peduliku. Aku hanya merasa itu
karena sudah menjadi kodratnya. Tak perlu untuk dipertanyakan lagi. Aku hanya
ingin menyampaikan.
Seberapa jauhkah kutub utara itu?
Kau hanya perlu mengitari bumi.
Seberapa indahkah amazon itu?
Disana banyak keanekaragaman.
Apakah mereka dapat dijumpai semua?
Seberapa luaskah lautan itu?
Cukup berlayar.
Seberapa tinggi burung itu terbang di angkasa?
Mereka hanya tertutup awan.
Seberapa tinggi kah langit itu?
Seberapa tinggi kah bintang itu?
Terlalu tinggi.
Namun aku masih bisa melihatnya!
Aku masih bisa melihat sinarnya yang indah!
Seberapa jauhkah matahari?
Seberapa jauhkah rembulan?
Terlalu jauh.
Namun aku masih bisa melihatnya!
Aku masih bisa merasakan panasnya yang
membara!
Bukankah semua itu mustahil?
Tidak.
Semua itu benar adanya. Hanya saja Kalian
kurang mengetahui.
Aku berpikir, bagaimana sebuah keegoisan
diri akan berdampak pada sebuah kenyataan yang benar akan adanya. Bukan sebuah
kebohongan yang harus ditutupi hingga akhirnya terbongkar. Itu sama halnya dengan
bunuh diri.
Rembulan malam ini mulai membesar. Berbeda
dengan hari lalu yang masih separuh. Kadang aku juga ingin bertanya. Apakah
bulan itu hidup? Tapi ketika rembulan tidak ada apakah itu artinya dia mati?
Lalu bagaimana bisa hidup kembali? Teka - teki yang belum aku pecahkan.
Kenapa rembulan hanya satu? (Yang aku
lihat)
Sedangkan bintang berjumlah jutaan bahkan
tak terhitung?
Tapi kenapa tak semua bintang terlihat sinarnya
di bumi?
Apakah mereka terbuat dari material yang
sama?
Apakah itu yang dinamakan keadilan?
Tentu saja ada rencana lain yang tak ku
ketahui. Masih banyak rahasia yang terpendam. Aungguh indah rasanya bila bisa
merasakan apa arti hidup itu. Tak banyak insan yang menyadarinya, termasuk aku.
Sehingga aku perlu tuntunan yang harus memberiku informasi yang penting dan
akurat.
Dear,
Aku masih setia.
Setia untuk mengusikmu.
Aku masih seperti ini.
Seperti tiang yang semakin renta.
Aku masih berharap.
Berharap berdiri dengan kekuatan yang baru.
Aku masih ingin.
Ingin menyendiri didalam keramaian.
Lama tak berjumpa. Itu membuatku berpikir
haruskah mengakhiri semua ini. Padahal aku baru saja memulainya. Aku akan terus
menulis. Di atas kertas hitam ini. Biar engkau teliti membaca suratku nanti. Meskipun
kita bisa bertemu setiap saat. Aku khawatir jikalau lupa nantinya.
Beberapa hari yang lalu aku masih melihat
berbentuk sabit. Dan malam ini rembulan itu sudah menjadi lingkaran yang utuh.
Tapi cahayanya semakin meredup. Ada apa dengan gerangan? Aku semakin penasaran.
Dan aku baru saja menemukan jawabannya. Yaitu awan.
Mengapa malam terasa cepat?
Kau tak merasakan.
Apakah awan itu bergerak?
Ilusi mata.
Mengapa angin malam dingin?
Kau tak memakai jaket.
Apakah langit juga bergerak?
Pergilah untuk melihatnya.
Senja hari ini telah memberikanku banyak
hidayah, pengetahuan dan pembelajaran tentang rasa kasih sayang dan cinta
kasih. Antara rasa syukur dan kekurangan. Aku bimbang. Manakah yang lebih tepat
untuk menggambarkan suasana hatiku kala ini.
Ketika seseorang sudah merasakan sakit yang
mendalam, kebanyakan orang tidak mengetahui atau lalai akan obat yang cocok.
Mereka butuh pengobatan yang instan. Padahal belum tentu akan menyembuhkannya. Aku
baru menyadarinya.
Hujan.
Aku melihat hujan.
Aku merasakan hujan.
Aku mengerti hujan.
Aku meratapi hujan.
Aku menginginkan hujan.
Aku membutuhkan hujan.
Tahukah Engkau artinya hujan?
Hujan. Air turun dari langit.
Hujan. Engkau dapat melihat air itu menetes
ke permukaan.
Hujan. Engkau merasakan dingin dikala hujan
turun. Bahkan Engkau bisa merasakan gerah.
Hujan. Sebuah perasaan suka dan benci.
Hujan. Sebuah tragedi dan keajaiban.
Hujan. Harapan dikala kemarau. Saat
semuanya terbawa arus kesenangan semu.
Hujan. Sebagai teman dalam kesendirian.
Air seperti apa yang turun ketika hujan?
Air yang menang bertarung melawan mendung.
Ketika mereka yang terkuat untuk bisa bertahan menghalau rintangan. Diperlukan
mental dan keseimbangan pikiran.
Berapa waktu yang diperlukan untuk itu?
Seberapa lama Kau mempunyai waktu. Mereka
setiap saat meluangkan waktu untuk itu. Ketika mereka gagal, tak ada kata
menyerah dan terus bangkit.
Kau selalu tahu perasaanku. Aku berpikir
tentang makna hujan sesungguhnya. Apakah hujan merupakan lambang kedamaian. Atau
kekuatan yang akan datang. Mungkun juga sebuah pertanda perpisahan.
Terimakasih.
Kata yang sederhana namun mempunyai seribu
makna.
Ikhlas.
Kata yang suci namun sulit terjaga di hati.
Damai.
Kata yang indah namun tak pernah melambai.
Lelah.
Kata yang unik.
Aku lelah.
TBC
Baca Juga kelanjutan/ Sekuel dari cerita ini dalam "A Backpacker Line"
A Backpacker Line is a short story about real life. A Backpacker Line adalah sebuah cerita pendek yang mengisahkan tentang arti kehidupan.
A Backpacker Line is a short story about real life. A Backpacker Line adalah sebuah cerita pendek yang mengisahkan tentang arti kehidupan.